MARYATI, 37, memang tidak cantik, tapi duitnya beratus-ratus juta. Maka Wariyun, 35, sebagai tetangga doyan saja meniduri wanita kesepian ditinggal suami jadi TKI tersebut. Prinsip pria pengangguran itu mungkin: yang penting penuh di kantong, meski tak enak di entong.
poskotanews |
Salah satu lelaki model demikian adalah Wariyun, warga Desa Banyubang, Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan (Jatim). Sebagai lelaki pengangguran tapi punya keluarga, memang membutuhkan anggaran banyak untuk menafkahi anak istri. Cari kerja yang pasti tak laku, padahal keluarga dan dirinya juga tak bisa makan opak angin (hawa) sepanjang hari. Maka selagi ada “terobosan” menjanjikan, harus diambil tak peduli apa resikonya.
Di dekat rumahnya selang beberapa rumah, ada wanita “nganggur” karena lama ditinggal suami jadi TKI di Malaysia. Namanya Maryati. Meski namanya cukup bagus, jangan bayangkan wajahnya macam Sri Maryati penyiar TVRI tahun 1980 dari Utan Kayu itu. Orangnya hitam, rambut agak keriting –merah lagi– dan tubuhnya relatif pendek. Jika ada nilai plus, bodinya memang lumayan sekel nan cemekel.
Tapi biar jelek, duitnya banyak dia. Tiap bulan Hardo, 40, suaminya yang jadi operator alat-alat berat di Negeri Jiran, kirim duit puluhan juta. Maka tak mengherankan rumah Maryati paling bagus dari tetangga yang lain. Selain gede, berkeliling pakai kaca, sehingga di dalam rumah istri Hardo ini macam kembang gulo dalam lodong (stoples).
Meski bergelimang harta, sebagai wanita yang masih muda dan enerjik, sangat kesepian Maryati ini. Habis tiap malam hanya tidur sendirian. Maka diam-diam dia memberi perhatian khusus pada Wariyun tetangganya ini. Eh, siapa tahu dia bisa memberikan “solusi” sementara. Ternyata harapannya tak sia-sia, karena lelaki tetangga ini memberi respon juga. Padahal motif Wariyun bukan sekedar pemenuhan rasa sepi.
Ajakan mesum selalu diladeni, meski ibarat kata Wariyun harus menutup muka Maryati dengan kalender bergambar Ashanti atau Syahrini. Sebab pertimbangan politiknya, dengan pelayanan entong dia bisa membobol isi kantong. Dan ternyata benar. Karena dapat pelayanan istimewa, kiriman uang dari Malaysia yang selalu datang mengucur, Wariyunlah yang mengurusnya, sampai jumlahnya Rp 650 juta. Ngakunya disimpan di bank, padahal resminya sebagian besar dikantongi sendiri. “Masak KPK akan ngurus korupsi beginian,” kata Wariyun.
Skandal Maryati baru terungkap saat suami pulang. Uang yang dikirimkan selama ini ternyata nyaris tak bersisa. Kata para tetangga buat foya-foya bersama tetangganya, Wariyun. Tapi celakanya, jangankan lelaki itu mengakui perselingkuhannya, sedangkan uang yang Rp 650 juta itu mengaku sudah habis. Untuk menguji kebenaran dan kejujuran “perampok” berdarah dingin ini, Hardo sampai menantang Wariyun sumpah pocong. Ngakunya sih siap, tapi ketika sudah disiapkan properti dan ulamanya segala, justru Wariyun tak menampakkan batang hidungnya. Terpaksa dia dilaporkan ke polisi.
Enak Wariyun, sudah berhasil cuci uang, dapat cuci mata pula.
Sumber:http://www.poskotanews.com/2013/04/05/tak-enak-di-entong-tapi-penuh-di-kantong/
|
KALUNGUSUS
|
0 comments:
Posting Komentar