;

Ads

5 Mar 2012

SBY Tak Mau Lagi Campuri Urusan PSSI

5 Mar 2012

Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengakui pernah ikut campur dalam persoalan yang terjadi di Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
Tiga kali SBY 'masuk' dalam urusan sepak bola. Pertama, saat ada suara-suara menurunkan Ketua PSSI Nurdin Halid. SBY menolak ide atau gerakan yang ingin menjatuhkan Nurdin.
"Jangan melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma organisasi. Kalau topiknya kongres sepak bola, mari kita bicara bagaimana memajukan sepakbola di negeri kita," katanya dalam jumpa pers di Istana, Senin (5/3/2012).
Yang kedua, ketika sebuah pertandingan di Jakarta, ratusan ribu warga ingin menonton, harga tiket malah dinaikkan. SBY meminta kenaikan harga tiket jangan naik.
"Saya katakan jangan begitu. Rakyat sedang semangat-semangatnya justru dinaikkan. Itu yang kedua saya ikut campur," imbuhnya.
Ketiga, ketika Indonesia hampir mendapatkan sanksi dari FIFA (organisasi sepak bola dunia) karena PSSI terus ribut. SBY meminta Menteri Pemuda dan Olahraga untuk turun tangan.
"Jika sampai dilarang atau dibekukan, yang marah dan sedih rakyat kita. Tolonglah dilakukan pendekatan yang baik. Alhamdulillah, dengan cara-cara kita itu kita tidak jadi dapat sanksi dari FIFA," ucapnya.
SBY menegaskan tidak bisa terus menerus ikut campur. Sebab, PSSI tunduk pada statuta FIFA. Bahkan negara tidak boleh begitu saja melakukan intervensi.
Meski telah berganti kepemimpinan, perselisihan masih terjadi di PSSI. SBY mengimbau persoalan yang ada diselesaikan dengan baik. Semangat rakyat yang begitu tinggi jangan dihadiahi dengan konflik yang tidak ada habisnya.
Sebagaimana diberitakan, setelah Nurdin Halid, PSSI dipimpin oleh Djohar Arifin. Bukannya makin kompak dan baik malah sebaliknya. Anggota PSSI malah terpecah menjadi dua kubu.
Lebih dari separuh anggota PSSI menolak keputusan Djohar yang tidak mengakui Indonesia Super League (ISL), kompetisi sepak bola yang sudah bergulir selama empat tahun terakhir dan sudah cukup mapan dalam struktur dan penjenjangan.
Djohar kemudian menunjuk Indonesia Premier League (IPL), kompetisi sepak bola tandingan di jaman ISL.
Imbas dualisme kompetisi ini kemudian sampai pada tim nasional (timnas). Karena hanya IPL yang dianggap sah, maka pemain timnas hanya boleh diambil dari IPL. Sangat disayangkan, padahal mayoritas pemain-pemain langganan timnas seperti Cristian Gonzales, Firman Utina, Ahmad Bustomi dan yang lain justru berlaga di ISL. Begitupula sejumlah talenta-talenta baru seperti Titus Bonai, Egi Melgiansyah, Zulham Zamrun.
Penurunan kualitas timnas pun terlihat jelas. Di Stadion Nasional Bahrain, Indonesia digilas 0-10 oleh tuan rumah dalam laga terakhir kualifikasi Piala Dunia 2014, Rabu (29/2/2012) malam. Kekalahan ini merupakan rekor sepanjang sejarah. Lebih buruk daripada tragedi 3 September 1974, dimana Indonesia kalah 0-9 dari Denmark di Kopenhagen.

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA DI KALUNGUSUS.BLOGSPOT.COM SEMOGA BLOG INI DAPAT MEMBERIKAN MANFAAT BUAT ANDA

KALUNGUSUS - 05.57

0 comments:

Posting Komentar